Prinsip Metode PCR
Prinsip PCR
Polymerase Chain Reaction PCR
adalah suatu metode yang memungkinkan untuk memperoleh beberapa salinan fragmen
DNA dari suatu ekstrak dengan replikasi in
vitro. Amplifikasi ini didasarkan pada replikasi template DNA untai ganda. Proses pada metode PCR secara garis besar dibagi menjadi tiga fase yaitu fase
denaturasi, fase hibridisasi dengan primer, dan fase elongasi.
Produk dari setiap langkah sintesis berfungsi sebagai template (cetakan) untuk langkah-langkah berikutnya, sehingga tercapai amplifikasi secara eksponensial [1,2].
Produk dari setiap langkah sintesis berfungsi sebagai template (cetakan) untuk langkah-langkah berikutnya, sehingga tercapai amplifikasi secara eksponensial [1,2].
Metode PCR dilakukan dalam
campuran reaksi yang terdiri dari ekstrak DNA (DNA template), Taq polimerase,
primer, dan four deoxyribonucleoside
triphosphates (dNTPs) secara berlebih dalam larutan buffer. Tabung yang berisi
campuran tersebut akan mengalami siklus suhu berulang beberapa puluh kali dalam
blok pemanas dari siklus termal. Blok pemanas merupakan suatu alat yang berfungsi
sebagai tempat untuk menyimpan tabung sampel. Alat ini dapat menghasilkan suhu
yang bervariasi, dari 0 hingga 1000C dengan efek Peltier, sehingga
setiap tahap PCR dapat berjalan dengan baik [1]. Pengaturan durasi dan suhu
yang dibutuhkan tiap siklus dapat diatur dan diprogram pada alat ini. Setiap
siklus mencakup tiga periode dengan rentang waktu beberapa puluh detik. Adapun
tahapan pada proses PCR alah sebagai berikut:
a.
Denaturasi
Di dalam proses PCR, proses denaturasi
awal dilakukan sebelum enzim taq
polimerase ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Denaturasi DNA merupakan
proses pembukaan DNA untai ganda menjadi DNA untai tunggal. Proses ini biasanya
berlangsung sekitar 3 menit, untuk meyakinkan bahwa molekul DNA terdenaturasi
menjadi DNA untai tunggal yang sempurna. Denaturasi yang tidak lengkap
mengakibatkan DNA mengalami renaturasi (kembali membentuk DNA untai ganda)
secara cepat, dan ini mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun waktu
denaturasi yang terlalu lama juga dapat mengurangi aktifitas enzim Taq polymerase. Aktifitas enzim tersebut
mempunyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5 menit masing-masing pada
suhu 92,5o C; 95o C dan 97,5o C [3].
b.
Annealing (Penempelan
Primer)
Kriteria yang umum digunakan
untuk merancang primer yang baik adalah bahwa primer sebaiknya berukuran 18 –
25 basa, mengandung 50 – 60 % G+C dan untuk kedua primer tersebut sebaiknya
sama. Sekuens DNA dalam masing-masing primer itu sendiri juga sebaiknya tidak
saling berkomplemen, karena hal ini akan mengakibatkan terbentuknya struktur
sekunder pada primer tersebut dan mengurangi efisiensi PCR [3].
Waktu annealing yang biasa
digunakan dalam PCR adalah 30 – 45 detik. Semakin panjang ukuran primer,
semakin tinggi temperaturnya. Kisaran temperatur penempelan yang digunakan
adalah antara 36oC sampai dengan 72oC, namun suhu
yang
biasa dilakukan itu adalah antara 50 – 60o C [3].
c.
Elongasi/Pemanjangan
Primer (Extention)
Selama tahap ini Taq polymerase akan memulai aktivitasnya memperpanjang DNA primer dari ujung 3’ ke arah 5’. Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC diperkirakan mencapai 35 – 100 nukleotida/detik, bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam dan molekul DNA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan panjang 2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap perpanjangan primer ini. Biasanya di akhir siklus PCR waktu yang digunakan untuk tahap ini diperpanjang sampai 5 menit sehingga seluruh produk PCR diharapkan terbentuk DNA untai ganda [3].
Siklus pada proses PCR [3] |
Reaksi-reaksi tersebut di atas
diulangi lagi dari 25 – 30 kali (siklus) sehingga pada akhir siklus akan
diperoleh molekul-molekul DNA rantai ganda yang baru yang merupakan hasil
polimerasi dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah DNA
cetakan (template) yang digunakan.
Banyaknya siklus amplifikasi tergantung pada konsentrasi DNA target dalam
campuran reaksi [3].
Produk PCR dapat diidentifikasi melalui ukurannya dengan
menggunakan elektroforesis gel agarosa. Metode ini terdiri atas proses injeksi
DNA ke dalam gel agarosa kemudian mengaliri gel tersebut dengan listrik.
Hasilnya untai DNA akan terpisah berdasarkan panjang untainya [3].
Interpretasi hasil PCR [sumber: dok. penulis] |
Oleh: A.F. Wijaya
Referensi:
Referensi:
[1]
Kadri, K. (2019). Polymerase Chain Reaction
(PCR): Principle and Applications. In Perspectives on Polymerase Chain
Reaction. IntechOpen.
[2]
van Pelt-Verkuil, E., & te Witt, R. (2019).
Principles of PCR. In Molecular Diagnostics (pp. 131-215). Springer, Singapore.
[3]
Zuhriana, K. Y. (2010). Polymerase Chain Reaction
(PCR). Saintek, 5(6), 1-6.
Komentar
Posting Komentar